Minggu, 13 Januari 2013

Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada 1478



Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada 1478

Makalah
(Disusun untuk memenuhi Tugas Sejarah Indonesia Lama 1500)


Oleh

Roifatul Mahromil Marhamah
NIM 110110301048



FAKULTAS SASTRA
ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2013



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan dengan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Keruntuhan Kerajaan Majapahit pada Tahun 1478”.
 Dalam Penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun dari segi materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis masih sangatlah minim. Maka dari itu kritik dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. dan tidak pula lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya.




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah

Kehancuran Kerajaan Majapahit, yang di sertai tumbuhnya negara-negara Islam di Bumi Nusantara, menyimpan banyak sekali fakta sejarah yang sangat menarik untuk diungkap kembali. Sebagai kerajaan Hindu terbesar di tanah Jawa, Majapahit bukan saja menjadi romantisme sejarah dari puncak kemajuan peradaban Hindu-Jawa, sudah menjadi bukti sejarah tentang pergulatan politik yang terjadi di tengah islamisasi pada masa peralihan.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit banyak mengantarkan suatu peradaban bagi orang China dalam proses islamisasi di Nusantara. Stigma yang kecenderungan para sejarawan dalam mengungkapkan bahwa kedatangan Islam di Indonesia,
lebih pada kecenderungan orang  Arablah yang berjasa sebagai penyebar Islam, sehingga    tidak pernah melirik, orang China pernah andil dalam membangun peradaban Islam. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat nusantara. Catatan sejarah dari China, Portugis, dan Italia mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian, yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Peristiwa keruntuhan Majapahit yang berpusat di Mojokerto diyakini terjadi tahun 1478.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Penyebab runuhnya Kerajaan Majapahit
2.      Pada masa siapakah Kerajaan Majapahit runtuh
1.3  Tujuan
Untuk mengetahui lebih jelas disebabkan oleh apakah keruntuhan kerajaan Majapahit.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Runtuhnya Kerajaan Majapahit

                 Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
    Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.[1]
    Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.



 Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara[2]. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
 Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan2) hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi  dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.


Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[3] Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M[4].
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.


2.2  Berbagai Versi Runtuhnya Majapahit

1.      Raja terakhir adalah Brawijaya. Ia dikalahkan oleh Raden Patah dari Demak. Brawijaya mengundurkan diri dan pindah ke gunung Lawu,
 kemudian masuk agama Islam melalui Sunan Kalijaga, dimana pengikut setianya yaitu Sabdapalon dan Noyogenggong sangat menentang kepindahan agamanya.
Sehingga, dikenal adanya semacam sumpah dari Sabdopalon dan Noyogenggong, yang salah satunya mengatakan bahwa sekitar Teori ini muncul berdasarkan penemuan Kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong. 500 tahun kemudian, akan tiba waktunya, hadirnya kembali agama budi, yang kalau ditentang, akan menjadikan tanah Jawa hancur lebur luluh lantak.
2.       Ada pula yang mengisahkan Brawijaya melarikan diri ke Bali. Meskipun teori yang bersumber dari naskah-naskah babad dan serat ini uraiannya terkesan tidak masuk akal, namun sangat populer dalam masyarakat Jawa.


3.      Raja terakhir adalah Bhre Kertabhumi. Ia dikalahkan oleh Girindrawardhana Dyah  Ranawijaya alias Bhatara Wijaya. Teori ini muncul berdasarkan penemuan prasasti Petak yang mengisahkan peperangan antara keluarga Girindrawardhana Dyah melawan Majapahit.
4.       Raja terakhir adalah Bhre Pandansalas yang dikalahkan oleh anak-anak Sang Sinagara. Teori ini muncul karena Pararaton tidak menyebutkan secara tegas apakah Bhre Kertabhumi adalah raja terakhir Majapahit. Selain itu kalimat sebelumnya juga terkesan ambigu, apakah yang meninggalkan istana pada tahun 1390 Saka (1468 M) adalah Pandansalas, ataukah anak-anak Sang Sinagara. Teori yang menyebut Pandansalas sebagai raja terakhir mengatakan kalau pada tahun 1478,
anak-anak Sang Sinagara kembali untuk menyerang Majapahit. Jadi, menurut teori ini, Pandansalas mati dibunuh Bhre Kertabhumi dan sudara-saudaranya.

5.       Majapahit runtuh tahun 1478, ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggala Kediri. Tahun peristiwa tersebut di tulis dalam Candrasangkala yang berbunyi “Hilang sirna kertaning bhumi”.

6.        Pendapat lain menjelaskan Majapahit runtuh karena diserang oleh Demak yang  dipimpin oleh Adipati Unus tahun 1522. Kenyataan sejarah kadang-ka-dang terlalu pahit untuk ditelan dan terlalu pedas dirasakan. Sejarah adalah kaca benggala yang memuat berbagai fakta yang pernah terjadi pada masa silam. Segala hal yang telah tergores dalam kaca sejarah tak lagi bisa terhapus.
 Orang yang tidak senang mungkin akan berusaha untuk menyelubungi atau melupakannya, tetapi tidak akan mampu melenyapkannya. Orang dapat membuat berbagai macam tafsir, tetapi fakta sejarah yang ditafsirkan tak akan berubah.
Begitu pula sejarah keruntuhan Majapahit, yang diiringi pertumbuhan negara-negara Islam di Nusantara, menyimpan banyak sekali fakta sejarah yang menarik diungkit kembali. Sebagai kerajaan tertua di Jawa, Majapahit bukan cuma menjadi romantisme sejarah dari puncak kemajuan peradaban Hindu-Jawa, melainkan juga bukti sejarah tentang pergulatan politik yang terjadi di tengan Islamisasi pada masa peralihan menjelang dan sesudah keruntuhannya.



BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Bahwa runtunya kerajaan Majapahit adalah disebabkan oleh adanya perang saudara,setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada.sehingga terjadi perebutan kekuasaan antara putra mahkota dengan putra selir yang ingin menjadi raja.
Serta berdirinya kerajaan islam di jawa juga menyebabkan salah satu factor runtuhnya kerajaan majapahit,karena sering diserang oleh kerajaan islam.

3.2 Saran
Kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak agar makalah ini dapat lebih sempurna.Terimakasih




DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Slamet (2006) (dalam bahasa Indonesia). Tafsir sejarah  nagarakretagama




[1]               Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara
[2]     Ricklefs (2005), hal. 57.
       Ricklefs, 37 and 100
[3]   Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural
[4]   Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar