Minggu, 13 Januari 2013

Kerajaan Majapahit

Tugas sejarah indonesia lama 1500

Kerajaan Majapahit



Oleh
Yuda Afriza Cahyono :110110301008

FAKULTAS SASTRA ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2013





KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena  berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan, makalah ini membahas tentang sejarah kerajaan majapahit namun disini penulis lebih menitik berantakan pada awal atau masa-masa terbentuknya kerajaan majapahit namun tak lupa kami sertakan sebab-sebab keruntuhan kerajaan majapahit karena dinilai penting dan dapat memberi informasi bagi para pembaca. Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran khususnya dalam materi sejarah mengenai kerajaaan majapahit.
Kami sepenuhnya sadar bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna bahkan banyak kesalahan dan kekurangannya maka kami mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari cara bahasa, seandainya ada hal yang perlu diubah maka saran dan kritiknya sangat kami harapkan guna melakukan perbaikan untuk kedepannya kami dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

BAB 1
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Majapahit adalah kerajaan terbesar kedua setelah sriwijaya. Pada awalnya ada seorang yang bernama Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dari kejaran prajurit kediri dan bermaksud untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Dia keturunan Dyah Lembu Tal, cucu Mahesa merupakan seorang keponakan dari sekaligus menantu Kertanegara, karena Raden Wijaya dinikahkan dengan putrinya. Raden Wijaya yang berhasil melarikan diri, pergi mengarungi lautan menuju ke Madura guna meminta bantuan dan perlindungan kepada Arya Wiraraja, seorang bupati Sumenep. Sesampainya disana ia diterima dengan baik untuk tinggal disana. Namun ternyata dia dinasehati oleh Arya Wiraraja agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang di Kediri. Nasehat itu diterima dengan baik dan dibantu oleh Arya Wiraraja ia dapat diterima oleh Jayakatwang. Tidak lama mengabdikan diri kepada Jayakatwang, ia mendapatkan kepercayaan penuh darinya. Samapi suatu ketika Raden Wijaya meminta untuk membuka hutan Tarik menjadi desa.
   Daerah yang dibuka berupa sawah yang bertanamkan berbagai macam bunga, pisang, kelapa dan pinang. Raden Wijaya tidak kembali ke Daha (Kediri), melainkan terus menetap di Majapahit guna mempersiapkan pemberontakan terhadap Jayakatwang sampai suatu ketika bertepatan dengan selesainya persiapan memberontak, tentara Khubilai Khan (tentara Tartar) tiba di tanah jawa tahun 1293 yang sudah dikirim sejak bulan kesembilan tahun 1292. Tentara Tarta berjumlahkan 2000 orang dengan dipimpin tiga orang panglima, yaitu: Shihpi, Iheh-mi-shih dan Kau shing dengan tujuan untuk menghukumi Kertanegara. Hal  ini disebabkan karena kertanegara telah menganiaya utusannya Meng-Chi/Meng-Ki Hal itu terdengar oleh Raden Wijaya dan merupakan suatu kesempatan baginya untuk mewujudkan impiannya merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Maka ia mengutus seseorang untuk menghadap panglima dan mengatakan bahwa ia menyerahdan tunduk kepada Kaisar Cina. Hal itu disambut dan diterima dengan baik oleh pasukan Cina. Pada tanggal 7 bulan ketiga, pasukan Kediri menyerang Majapahit , namun hal itu dihalau oleh pasukan Cina sehingga penyerangan itu gagal. Pada tanggal 15 bulan ketiga tentara Tartar menyerang Kediri dan berhasil sampai didepan gerbang Kediri pada tanggal 19 bulan ketiga. Setelah Jayakatwang kalah, raden Wijaya mengelabuhi tentara Tartar yang sedang kelelahan sehingga dengan siasatnya dia dapat mengusir tentara Tartar dan mendirikan kerajaan Majapahit. Setelah ppppenobatan itu, Kertajasa menikahi empat orang putri Kertanegara yang bernama Sri Parames wari  Dyah Dewi Tribhuaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah  Dewi Prajanaparamita dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatari. Dari pernikahan itu Kertajasa mendapat tiga keturunan, Yang pertama Jayanagara hasil pernikahannya dengan Parameswari Tribhuwana yang mendapatkan Kediri sebagai luguhannya. Sedangkan dua lagi seorang wanita, yaitu   Tribhuanattunggadewi Jaya wisnu warddhani yang menjadi raja di Jiwani (Bhre Kahuripan) dan yang bungsu Rajadewi  Maharajasa yang menjadi raja di kediri. Kedua putri itu merupakan hasil pernikahannya dengan Gayatri. Pengikut-pengikut Kertajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan dalam mendirikan Majapahit, diangkat menjadi petinggi pejabat kerajaan. Pemberontakan demi pemberontakan muncul, diantaranya adalah pemberontakan Rangga Lawe dan Lembu Sora. Sepeninggalan Kertajasa Jaya warddhana tahun 1309, Jayanagara naik tahta menggantikan ayahnya menjadi raja kerajaan Majapahit. Pada waktu itu dia masih berusia 15 tahun. Sedangkan kedua adiknya perempuannya diangkat menjadi Bhattara di Kahuripan dan di Kediri. Jayanagara mendapat gelar Sri. Pada zaman kepemerintahannya juga banyak terdapat peristiwa-peristiwa penting, diantaranya pemberontakan Nambi, peristiwa Bedander dan munculnya Gajah Mada, dan peristiwa Tanca. Pada peristiwa Tanca inilah berakhirnya kekuasaan atau kepemerintahan Jayanagara. Kemudian setelah meninggalnya Jayanagara, Tribhuwanatunggadewi menggantikannya menjadi raja, karena Jayanagara tidak memiliki putra. Nama gelarnya Abhiseka Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Dia menikah dengan Cakradhara atau Cakreswara, raja di Singasari dengan Kertawarddhana. Adik Tribhuwana, yang menjadi Bhre Kediri, Rajadewi Maharajasa menikah dengan Kudamerta yang menjadi Bhe Wongker dengan nama Wijayarajasa.pada masa pemerintahannya dia sempat membalas budi kepada Gajah Mada dan juga membangun candi Singasari. Pada tahun 1372 M Tribhuwanatunggadewi meninggal dan di dharmakan di Panggil dengan nama Pendarmaannya Pantrapurwa. Selanjutnya kepemerintahan Majapahit dilanjutkan oleh Hayam Wuruk. Negarakertagama ¼ menyatakan bahwa Hayam Wuruk lahir pada tahun Saka 1256 (1334 M). Dia hanyan mempunyai saudara yang bernama Bhre Pajang yang dinikahkan dengan Raden Sumana, Bhattar a di Paguhan yang mengambil nama abhiseka Singawardhana. Pada pemerintahan nyalah Majapahit mencapai kejayaannya. Sampa-sampai wilayah kekuasaan mencapai sebagian besar Asia Tenggara. Pada tahun 1389 Hayam Wuruk meninggal dunia dan tidak ada yang tau dimana di dharmakannya. Namun menurut suatu pendapat dia di dharmakan di Paramasukhapuha di Tanjung, yang dijadikan tempat pendarmaan cucunya Bhretumapel (Bhre hyang Wekasing Sukha). Setelah masa kepemerintahan Hayam Wuruk, banyak timbul berbagai permasalahan, diantaranya perebutan tahta kerajaan Majapahit sampai akhirnya Majapahit runtuh pada tahun 1478 M. Bahkan letak ibukota Majapahit pun tidak diketahui secara pasti, hanya berdasarkan argumen-argumen sejarawan dan arkeolog melalui bukti-bukti sejarah yang ada.
B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka perlu kiranya diketahui hal-hal penting yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit meliputi:
1.      Bagaimana awal kemunculan Kerajaan Majapahit
2.      Bagaimana runtuhnya Kerajaan Majapahit





BAB II
PEMBAHASAN
A.           Awal mula berdirinya Kerajaan Majapahit
Setelah raja kertanagara gugur, singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Kediri. Seorang dari keturunan raja Singasari, yaitu Raden wijaya berhasil menyelamatkan diri dari kerajaan prajurit kediri dan bermaksud untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Dia keturunan Dyah Lembu Tal, cucu Mahesa Campaka atau Singha Murti. Jadi masih keturunan Ken Arok dan Ken Dedes. Selain itu juga dia merupakan seorang keponakan dari sekaligus menantu Kertanagara, karena  Raden  Wijaya dinikahkan dengan putrinya. Dalam kitab Pararaton dan beberapa kidung menyebutkan bahwa ia menikah dengan dua putri raja. Sedangkan sumber prasasti menyebutkan bahwa  ia menikah dengan empat orang putri raja.1[1] Raden wijaya yang berhasil melarikan diri, pergi mengarungi lautan menuju ke madura guna meminta bantuan dan perlindungan kepada Arya Wiraraja, seorang bupati Sumenep . Sesampainya disana ia diterima dengan baik untuk tinggal disana.Namun ternyata dia dinasihati oleh Arya Wiraraja agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang di Kediri. Nasihat itu diterima dengan baikdan dibantu oleh Arya Wiraraja ia dapat diterima oleh Jayakatwang. Tidak lama mengabdikan diri kepada Jayakatwang , ia mendapatkan kepercayaan penuh darinya. Sampai suatu ketika Raden Wijaya meminta untuk membuka hutan Tarik menjadi desa.
Dalam Kidung Panji Wijayakrma diceritakan bahwa pembukaan hutan Tarik itu disebabkan karena sang prabu sangat suka berburu. Pada Mertamasa tahun Saka 1214 (1292 M), barulah Raden Wijaya menengok perkembangan hutan Tarik. Daerah yang dibuka berupa tanah yang bertanamkan berbagai macam bunga, pinang, kelapa dan pisang. Raden Wijaya tidak kembali ke Daha (Kediri), melainkan terus menetap di Majapahit guna mempersiapkan pemberontakan terhadap Jakatwang. Sampai suatu ketika Jakatwang memerintah seorang menterinya yang bernama Sagara Winotan untuk melihat perkembangan hutan Tarik, namun ia tidak diberi kesempatan sedikit pun untuk mengetahui hal itu.[2] Sedangkan dalam prasasti Sukamarta, dikatakan bahwa Raden Wijaya membuka
Hutan Tarik dengan dalih akan dijadikan pertahanan terdepan dalam menghadapi musuh yang melalui Sungai Brantas. Dengan dibantu Arya Wiraraja halitu dikabulkan oleh Jaya Katwang[3].3
Mengenai nama Majapahit diceritakan bahwa ketika diawal pembukaan hutan Tarik ketika sedang bergotong royong, ada yang kehabisan bekal makanannya. Menurut kisahnya, orang yang kehabisan bekal dan merasa lapar itu adalah istri Raden Wijaya sendiri. Ketika melihat kesekelilingnya, ia melihat banyak pohon Maja dan kebetulan sudah berbuah. Setelah itu ia lekas mengambilnya dan mencicipinya. Ternyata rasa buah itu pahit. Semenjak itulah nama buah Maja dan rasa pahitnya dijadikan nama pengganti hutan Tarik yang baru dibuka, yaitu Majapahit.
Dilain cerita dikatakan bahwa disepanjang sungai Brantas banyak terdapat tempat yang bernama Maja, misalny: Majasari, Majawarna,Majakerta, Majajejer, Majaagung, dan sebagainya. Demikian tidak aneh nama desa itu Majapahit, seperti lambang kereta kuda Hayam Wuruk yang ketika itu sedang dalam perjalanan berkeliling ke lumajang pada tahun 1359 yang bergambarkan buah maja dengan latar belakang batik Gringsing. Ini berarti memang nama majapahit berunsurkan dar i buah maja yang banyak terdapat di sekitar sungai brantas. Unsur agung, jejer, warnadan sari yang merupakan kombinasi dalam variasi. Hal itu diperuntukkan agar terdengar gagah, lalu disansekertakan menjadi Wilwatika, Srihalatika, Tiktawilwa dan sebagainya. Namun nama aslinya tetap Majapait.[4]4
Sudah beberapa lama Raden Wijaya menghimpun kekuatan dari orang-orang Tumapel dan Madura sambil menunggu waktu dan keadaan yang tepat untuk memberontak terhadap kekuasaan Jayakatwang. Sampai suatu ketika bertepatan dengan selesainya persiapan memberontak, tentara Khubilai Khan (tentara Tartar) tiba di tanah jawa tahun 1293 yang sudah dikirim sejak bulan kesembilanvtahun 1292. Tentara Tartar berjumlahkan 2000 orang dengan dipimpin tiga orang panglima, yaitu shih-Pi, Lheh-Mi-Shih Dan Kau Shing dengan tujuan untuk menghukumi kertanegara. Hal ini disebabkan karena kertanegara telah menganiaya utusannya Meng-chi/Meng-Ki.


Bulan pertama tahun 1293 mereka telah sampai di pulau belitung disana mereka berunding siasat yang akan dijalankan. Lheh-Mi-Shih berangkat terlebih dahulu untuk menundukkan raja-raja kecil dengan jalan damai. Kedua orang panglima yang lain bertolak dengan induk pasukan ke pulau karimunjawa, dan dari sana menuju ke Tuban (Tu-Ping-Tsu). Di tuban semua pasukan bertemu lagi, untuk mengatur siasat penyerbuan ke Kediri. Shih-Pi dengan seperdua pasukan pergi ke kapal Sedayu (Sugalu), dari sana ke Muarakali (Pa-Tsieh). Kau Hsing memimpin pasukan berkuda ke pedalaman. Hal itu terdengar oleh Raden Wijaya dan merupakan suatu kesempatan baginya untuk mewujudkan impiannya merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Maka ia mengutus seseorang untuk menghadap panglima dan mengatakan bahwa ia menyerah dan tunduk kapada Kaisar Cina. Hal itu disambut dan diterima dengan baik oleh pasuka Cina. Pada tanggal 7 bulan ketiga, pasukan kediri menyerang Majapahit, namun hal itu dihalau oleh pasukan Cina sehingga penyerangan itu gagal. Pada tanggal 15 bulan ketiga tentara Tartar menyerang Kediei dan berhasil samapi di depsn gerbang Kediri pada tanggal 19 bulan ketiga. Ternyata di Kediri Jayakatwang telah siap dengan 100.000 orang pasukan siap tempur. Tentara Tartar tidak bisa dikalahkan sehingga pasukan Kediri terdesak mundur kedalam kota dengan meninggalkan kurang lebih 5000 orang pasukannya. Dengan cekatan dari segala penjuru, tentara Tartar mengepung dan pada sore harinya Jayakatwang dan 100 anggota keluarganya beserta pejabat kerajaan ditangkap sebagai tawanan. Seorang putra Jayakatwang, His-La-Pati His-Lan-Tan-Pu-Ho atau Arddharaja melarikan diri ke pegunungan. Tetapi dapat dikejar dan ditangkap oleh Kau Hsing dan dibawa ke Kediri sebagai tawanan. Setibanya di Kediri, Raden Wijaya sudah tidak ada karena telah diperbolehkan kembali oleh Shih-Pi dan Iheh-Mishih ke Majapahit dengan dalih untuk mempersiapkan upeti yang akan dipersembahkan kepada kaisar. Ia pergi dan dikawal dua opsir dan 200 tentara Cina. Akan tetapi dengan tipu muslihatnya Raden Wijaya dapat membunuh kedua opsir itu dan tentaranya ditengah perjalanan. Setelah itu dia menyerang tentara Cina yang ada di Kediri. Pasukan Cina melakukan perlawanan, namun lebih dari 3000 orang mati terbunuh oleh pasukan Raden Wijaya. Sisa dari  pasuakan itu kembali ke Cina dengan membawa kekalahan. Demikianlah akhirnya keinginan Raden Wijaya untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya telah tercapai. Kemudian Raden Wijaya menobatkan diri menjadi Raja Majapahit. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatannya dilakukan pada tanggal 15 bulan Kartika (ri purneng kartika masa pancadasi) tahun 1215 Saka (12 November 1293) dengan gelar Sri Kertajasa Jasawardhana.

B.            Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Berita tradisi menyebutkan bahawa kerajaan Majapahit runtuh pada tahun Saka 1400 (1478M). Saat keruntuhannya itu disimpulkan dalam cansengkala sirna-ilang-kartining-bumi dan disebutkan pula keruntuhannya itu disebabkan karena serangan dari kerajaan islam Demak. Berdasarkan bukti-bukti Majapahit saat itu belum runtuh dalam waktu lama. Prasasti-prasasti dari tahun 1468 M menyebutkan bahwa masih ada kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada saat itu yang berkuasa adalah Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawadhana dan juga disebut juga sebagai orang Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri Prabhunata. Sedangakan dari berita Cina jaman Dinasti Ming (1368-1643) dikatakan bahwa adanya hubungan diplomatik antara Cina dengan Jawa (Majapahit) yaitu pada tahun 1499. Rui De Brito, Gubernur Portugis di Malaka dalam menyatakan laporannya kepada raja Manoel pada tahun 1514 M, yang berisi bahwa di Jawa dan Sunda terdapat dua raja kafir. Penulis dari Italia, Duarte Barbosa pada tahun 1518 memberitakan bahwa di dalam pedalaman Jawa masih terdapat raja kafir yang yang sangat berkuasa. Dari dua berita itu dapat disimpulkan bahwa kerajaan Majapahit masih ada. Namun masih ada pendapat yang  berbeda, yaitu pendapat dari berita Italia dari penulis Antonio Pigafetta yang berasal dari tahun 1522M mengatakan bahwa pada saat itu Majapahit sudah tidak ada. Dia menyebutkan pula bahwa Pati Unus sebagai raja Majapahit yang masih hidup dan yang paling berkuasa. Dari sumber-sumber lain dapat diketahui bahwa Pati Unus adalah penguasa Demak yang berkuasa pada tahun 1518-1521M yang dikenal juga dengan sebutan pangeran Sabrang Lor yang meninggal tahun 1521 M. Jika dihubungkan pendapat Duarte Barbosa yang menyebutkan bahwa masih ada raja kafir yang berkuasa yaitu Pate Udra, dapat disimpulkan bahwa antara tahun 1518 M dan 1521 M telah terjadi pergeseran politik dari penguasa Hindu ke tangan adipati Unus yang telah menaklukkan Majapahit.Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, menyebutkanbahwa raja-raja Demak adalah keturunanPrabhu Brawijaya raja Majapahit. Bahkan dalam PurbaCaruban Nagari disebutkan dengan jelas bahwa Raden Patah pendiri dan raja pertama kerajaan Demak, adalah anak Prabhu Brawijaya Kertabhumi. Telah dikemukakan bahwa raja Kertabhumi telah merebut kekuasaan Majapahit dari tangan Bhre Pandan Salas dengan menyingkirkannya dari Kadaton pada tahun 1468 M. Akan tetapi pada tahun 1478 M kekuasaan atas tahta kerajaan Majapahit ini dapat direbut kembali dari tangan Bhre kertabhumi oleh Dyah Ranawijaya, anak Bhre Pandan Salas, dengan mengadakan penyerangan ke Majapahit. Dalam penyerangan ke Majapahit yang dilancarkan oleh Dyah Ranawijaya itu Bhre Kertabhumi gugur di Kadaton. Dengan gugurnya Bhre  Kertabhumi ini maka lenyaplah kekuasaan Bhre Kertabhumi. Peristiwa gugurnya Bhre Kertabhumi di Kadaton inilah yang tersimpul didalam Candra Sengkala’’ sinar-ilang-ning-bhumi (1400 Saka).Akan tetapi para penulis tradisi telah mengaburkan kenyataan-kenyataan sejarah tersebut dengan mengatakan bahwa kerajaan Majapahit telah runtuh pada tashun Saka 1400 (1478 M). Karena serangan tentara Demak, yang dipimpin oleh Raden Patah.
   Dengan demikian penaklukan Majapahit oleh Demak itu tidaklah terjadi pada tahun Saka 1400 (1478 M), dan bukan pula dilakukan oleh Raden Patah terhadap Prabhu Brawijaya Kertabhumi. Penguasaan Majapahit oleh Demak itu dilakukan oleh adipati Unus, anak Raden Patah, sebagai tindakan balasan terhadap Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yang telah mengalahkan neneknya, Kerthabhumi.[5]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari semua kerajaan di Indonesia, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat menarik untuk diteliti, karena Majapahit menaruh berbagai misteri yang sampai kini masih belum banyak terungkap dan masih terdapat perbedaan penafsiran terhadap bukti-bukti sejarah yang sudah ada.
Majapahit merupakan kerajaan Hindu yang sanggup memperluas wilayahnya dan melakukan hubungan baik dengan negara atau kerajaan luar terutaman Cina. Bukti-bukti sejarah kerajaan majapahit banyak yang hilang, termasuk tidak diketahuinya secara pasti letak ibukota Majapahit. Kerajaan Majaphit dibangun dan berdiri pada tahun Saka 1214 (1292 M) oleh Raden Wijaya (Kertajasa Jayawardhana).     


DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta:PN Balai Pustaka, 1984.
Prof. Dr. Slamet. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Jakarta:Intildayu Press, 1983.
.web.unair.ac.id/artikel_detail-50121-Umum-sejarah kerajaan majapahit




[1] Sejarah Nasional Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto, 1985, hal.142.

[2] Pemugaran persada Sejarah Leluhur Majapahit, Prof. Slamet muljana, 1983, hal.115-117.
[3] Sejarah Nasional Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto, 1985, hal.143-145.

[4] Pemugaran persada Sejarah Leluhur Majapahit, Prof. Slamet muljana, 1983, hal.118-119.
[5] Sejarah Nasional Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto, 1985, hal.167-169.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar