Tugas sejarah indonesia lama 1500
Kerajaan Majapahit
Oleh
Yuda Afriza Cahyono :110110301008
FAKULTAS SASTRA ILMU SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Marilah
kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayahnya
makalah ini dapat terselesaikan, makalah ini membahas tentang sejarah kerajaan majapahit
namun disini penulis lebih menitik berantakan pada awal atau masa-masa
terbentuknya kerajaan majapahit namun tak lupa kami sertakan sebab-sebab
keruntuhan kerajaan majapahit karena dinilai penting dan dapat memberi
informasi bagi para pembaca. Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran khususnya dalam materi sejarah mengenai kerajaaan majapahit.
Kami
sepenuhnya sadar bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna bahkan banyak
kesalahan dan kekurangannya maka kami mohon maaf jika terdapat kesalahan baik
dari cara bahasa, seandainya ada hal yang perlu diubah maka saran dan kritiknya
sangat kami harapkan guna melakukan perbaikan untuk kedepannya kami dapat
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Majapahit
adalah kerajaan terbesar kedua setelah sriwijaya. Pada awalnya ada seorang yang
bernama Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dari kejaran prajurit kediri
dan bermaksud untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Dia keturunan
Dyah Lembu Tal, cucu Mahesa merupakan seorang keponakan dari sekaligus menantu
Kertanegara, karena Raden Wijaya dinikahkan dengan putrinya. Raden Wijaya yang
berhasil melarikan diri, pergi mengarungi lautan menuju ke Madura guna meminta
bantuan dan perlindungan kepada Arya Wiraraja, seorang bupati Sumenep.
Sesampainya disana ia diterima dengan baik untuk tinggal disana. Namun ternyata
dia dinasehati oleh Arya Wiraraja agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang di
Kediri. Nasehat itu diterima dengan baik dan dibantu oleh Arya Wiraraja ia
dapat diterima oleh Jayakatwang. Tidak lama mengabdikan diri kepada
Jayakatwang, ia mendapatkan kepercayaan penuh darinya. Samapi suatu ketika
Raden Wijaya meminta untuk membuka hutan Tarik menjadi desa.
Daerah yang dibuka berupa sawah yang
bertanamkan berbagai macam bunga, pisang, kelapa dan pinang. Raden Wijaya tidak
kembali ke Daha (Kediri), melainkan terus menetap di Majapahit guna
mempersiapkan pemberontakan terhadap Jayakatwang sampai suatu ketika bertepatan
dengan selesainya persiapan memberontak, tentara Khubilai Khan (tentara Tartar)
tiba di tanah jawa tahun 1293 yang sudah dikirim sejak bulan kesembilan tahun
1292. Tentara Tarta berjumlahkan 2000 orang dengan dipimpin tiga orang
panglima, yaitu: Shihpi, Iheh-mi-shih dan Kau shing dengan tujuan untuk
menghukumi Kertanegara. Hal ini
disebabkan karena kertanegara telah menganiaya utusannya Meng-Chi/Meng-Ki Hal
itu terdengar oleh Raden Wijaya dan merupakan suatu kesempatan baginya untuk
mewujudkan impiannya merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Maka ia
mengutus seseorang untuk menghadap panglima dan mengatakan bahwa ia menyerahdan
tunduk kepada Kaisar Cina. Hal itu disambut dan diterima dengan baik oleh
pasukan Cina. Pada tanggal 7 bulan ketiga, pasukan Kediri menyerang Majapahit ,
namun hal itu dihalau oleh pasukan Cina sehingga penyerangan itu gagal. Pada
tanggal 15 bulan ketiga tentara Tartar menyerang Kediri dan berhasil sampai
didepan gerbang Kediri pada tanggal 19 bulan ketiga. Setelah Jayakatwang kalah,
raden Wijaya mengelabuhi tentara Tartar yang sedang kelelahan sehingga dengan
siasatnya dia dapat mengusir tentara Tartar dan mendirikan kerajaan Majapahit.
Setelah ppppenobatan itu, Kertajasa menikahi empat orang putri Kertanegara yang
bernama Sri Parames wari Dyah Dewi Tribhuaneswari,
Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajanaparamita dan Sri Rajendradewi
Dyah Dewi Gayatari. Dari pernikahan itu Kertajasa mendapat tiga keturunan, Yang
pertama Jayanagara hasil pernikahannya dengan Parameswari Tribhuwana yang
mendapatkan Kediri sebagai luguhannya. Sedangkan dua lagi seorang wanita,
yaitu Tribhuanattunggadewi Jaya wisnu
warddhani yang menjadi raja di Jiwani (Bhre Kahuripan) dan yang bungsu
Rajadewi Maharajasa yang menjadi raja di
kediri. Kedua putri itu merupakan hasil pernikahannya dengan Gayatri.
Pengikut-pengikut Kertajasa yang setia dan berjasa dalam perjuangan dalam
mendirikan Majapahit, diangkat menjadi petinggi pejabat kerajaan. Pemberontakan
demi pemberontakan muncul, diantaranya adalah pemberontakan Rangga Lawe dan
Lembu Sora. Sepeninggalan Kertajasa Jaya warddhana tahun 1309, Jayanagara naik
tahta menggantikan ayahnya menjadi raja kerajaan Majapahit. Pada waktu itu dia
masih berusia 15 tahun. Sedangkan kedua adiknya perempuannya diangkat menjadi
Bhattara di Kahuripan dan di Kediri. Jayanagara mendapat gelar Sri. Pada zaman
kepemerintahannya juga banyak terdapat peristiwa-peristiwa penting, diantaranya
pemberontakan Nambi, peristiwa Bedander dan munculnya Gajah Mada, dan peristiwa
Tanca. Pada peristiwa Tanca inilah berakhirnya kekuasaan atau kepemerintahan
Jayanagara. Kemudian setelah meninggalnya Jayanagara, Tribhuwanatunggadewi
menggantikannya menjadi raja, karena Jayanagara tidak memiliki putra. Nama
gelarnya Abhiseka Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Dia menikah dengan
Cakradhara atau Cakreswara, raja di Singasari dengan Kertawarddhana. Adik
Tribhuwana, yang menjadi Bhre Kediri, Rajadewi Maharajasa menikah dengan
Kudamerta yang menjadi Bhe Wongker dengan nama Wijayarajasa.pada masa
pemerintahannya dia sempat membalas budi kepada Gajah Mada dan juga membangun
candi Singasari. Pada tahun 1372 M Tribhuwanatunggadewi meninggal dan di
dharmakan di Panggil dengan nama Pendarmaannya Pantrapurwa. Selanjutnya
kepemerintahan Majapahit dilanjutkan oleh Hayam Wuruk. Negarakertagama ¼
menyatakan bahwa Hayam Wuruk lahir pada tahun Saka 1256 (1334 M). Dia hanyan
mempunyai saudara yang bernama Bhre Pajang yang dinikahkan dengan Raden Sumana,
Bhattar a di Paguhan yang mengambil nama abhiseka Singawardhana. Pada
pemerintahan nyalah Majapahit mencapai kejayaannya. Sampa-sampai wilayah
kekuasaan mencapai sebagian besar Asia Tenggara. Pada tahun 1389 Hayam Wuruk
meninggal dunia dan tidak ada yang tau dimana di dharmakannya. Namun menurut
suatu pendapat dia di dharmakan di Paramasukhapuha di Tanjung, yang dijadikan
tempat pendarmaan cucunya Bhretumapel (Bhre hyang Wekasing Sukha). Setelah masa
kepemerintahan Hayam Wuruk, banyak timbul berbagai permasalahan, diantaranya
perebutan tahta kerajaan Majapahit sampai akhirnya Majapahit runtuh pada tahun
1478 M. Bahkan letak ibukota Majapahit pun tidak diketahui secara pasti, hanya
berdasarkan argumen-argumen sejarawan dan arkeolog melalui bukti-bukti sejarah
yang ada.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pemaparan diatas maka perlu kiranya diketahui hal-hal penting yang berkaitan
dengan Kerajaan Majapahit meliputi:
1. Bagaimana
awal kemunculan Kerajaan Majapahit
2. Bagaimana
runtuhnya Kerajaan Majapahit
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Awal
mula berdirinya Kerajaan Majapahit
Setelah
raja kertanagara gugur, singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Kediri. Seorang
dari keturunan raja Singasari, yaitu Raden wijaya berhasil menyelamatkan diri
dari kerajaan prajurit kediri dan bermaksud untuk merebut kembali kekuasaan
nenek moyangnya. Dia keturunan Dyah Lembu Tal, cucu Mahesa Campaka atau Singha
Murti. Jadi masih keturunan Ken Arok dan Ken Dedes. Selain itu juga dia
merupakan seorang keponakan dari sekaligus menantu Kertanagara, karena Raden
Wijaya dinikahkan dengan putrinya. Dalam kitab Pararaton dan beberapa
kidung menyebutkan bahwa ia menikah dengan dua putri raja. Sedangkan sumber
prasasti menyebutkan bahwa ia menikah
dengan empat orang putri raja.1[1]
Raden wijaya yang berhasil melarikan diri, pergi mengarungi lautan menuju ke
madura guna meminta bantuan dan perlindungan kepada Arya Wiraraja, seorang
bupati Sumenep . Sesampainya disana ia diterima dengan baik untuk tinggal
disana.Namun ternyata dia dinasihati oleh Arya Wiraraja agar menyerahkan diri
kepada Jayakatwang di Kediri. Nasihat itu diterima dengan baikdan dibantu oleh
Arya Wiraraja ia dapat diterima oleh Jayakatwang. Tidak lama mengabdikan diri
kepada Jayakatwang , ia mendapatkan kepercayaan penuh darinya. Sampai suatu
ketika Raden Wijaya meminta untuk membuka hutan Tarik menjadi desa.
Dalam
Kidung Panji Wijayakrma diceritakan bahwa pembukaan hutan Tarik itu disebabkan
karena sang prabu sangat suka berburu. Pada Mertamasa tahun Saka 1214 (1292 M),
barulah Raden Wijaya menengok perkembangan hutan Tarik. Daerah yang dibuka
berupa tanah yang bertanamkan berbagai macam bunga, pinang, kelapa dan pisang.
Raden Wijaya tidak kembali ke Daha (Kediri), melainkan terus menetap di
Majapahit guna mempersiapkan pemberontakan terhadap Jakatwang. Sampai suatu
ketika Jakatwang memerintah seorang menterinya yang bernama Sagara Winotan
untuk melihat perkembangan hutan Tarik, namun ia tidak diberi kesempatan
sedikit pun untuk mengetahui hal itu.[2] Sedangkan
dalam prasasti Sukamarta, dikatakan bahwa Raden Wijaya membuka
Hutan
Tarik dengan dalih akan dijadikan pertahanan terdepan dalam menghadapi musuh
yang melalui Sungai Brantas. Dengan dibantu Arya Wiraraja halitu dikabulkan
oleh Jaya Katwang[3].3
Mengenai
nama Majapahit diceritakan bahwa ketika diawal pembukaan hutan Tarik ketika
sedang bergotong royong, ada yang kehabisan bekal makanannya. Menurut kisahnya,
orang yang kehabisan bekal dan merasa lapar itu adalah istri Raden Wijaya
sendiri. Ketika melihat kesekelilingnya, ia melihat banyak pohon Maja dan
kebetulan sudah berbuah. Setelah itu ia lekas mengambilnya dan mencicipinya.
Ternyata rasa buah itu pahit. Semenjak itulah nama buah Maja dan rasa pahitnya
dijadikan nama pengganti hutan Tarik yang baru dibuka, yaitu Majapahit.
Dilain
cerita dikatakan bahwa disepanjang sungai Brantas banyak terdapat tempat yang
bernama Maja, misalny: Majasari, Majawarna,Majakerta, Majajejer, Majaagung, dan
sebagainya. Demikian tidak aneh nama desa itu Majapahit, seperti lambang kereta
kuda Hayam Wuruk yang ketika itu sedang dalam perjalanan berkeliling ke
lumajang pada tahun 1359 yang bergambarkan buah maja dengan latar belakang
batik Gringsing. Ini berarti memang nama majapahit berunsurkan dar i buah maja
yang banyak terdapat di sekitar sungai brantas. Unsur agung, jejer, warnadan
sari yang merupakan kombinasi dalam variasi. Hal itu diperuntukkan agar
terdengar gagah, lalu disansekertakan menjadi Wilwatika, Srihalatika,
Tiktawilwa dan sebagainya. Namun nama aslinya tetap Majapait.[4]4
Sudah
beberapa lama Raden Wijaya menghimpun kekuatan dari orang-orang Tumapel dan
Madura sambil menunggu waktu dan keadaan yang tepat untuk memberontak terhadap
kekuasaan Jayakatwang. Sampai suatu ketika bertepatan dengan selesainya
persiapan memberontak, tentara Khubilai Khan (tentara Tartar) tiba di tanah
jawa tahun 1293 yang sudah dikirim sejak bulan kesembilanvtahun 1292. Tentara
Tartar berjumlahkan 2000 orang dengan dipimpin tiga orang panglima, yaitu
shih-Pi, Lheh-Mi-Shih Dan Kau Shing dengan tujuan untuk menghukumi kertanegara.
Hal ini disebabkan karena kertanegara telah menganiaya utusannya
Meng-chi/Meng-Ki.
Bulan
pertama tahun 1293 mereka telah sampai di pulau belitung disana mereka
berunding siasat yang akan dijalankan. Lheh-Mi-Shih berangkat terlebih dahulu
untuk menundukkan raja-raja kecil dengan jalan damai. Kedua orang panglima yang
lain bertolak dengan induk pasukan ke pulau karimunjawa, dan dari sana menuju
ke Tuban (Tu-Ping-Tsu). Di tuban semua pasukan bertemu lagi, untuk mengatur
siasat penyerbuan ke Kediri. Shih-Pi dengan seperdua pasukan pergi ke kapal
Sedayu (Sugalu), dari sana ke Muarakali (Pa-Tsieh). Kau Hsing memimpin pasukan
berkuda ke pedalaman. Hal itu terdengar oleh Raden Wijaya dan merupakan suatu
kesempatan baginya untuk mewujudkan impiannya merebut kembali kekuasaan nenek
moyangnya. Maka ia mengutus seseorang untuk menghadap panglima dan mengatakan
bahwa ia menyerah dan tunduk kapada Kaisar Cina. Hal itu disambut dan diterima
dengan baik oleh pasuka Cina. Pada tanggal 7 bulan ketiga, pasukan kediri
menyerang Majapahit, namun hal itu dihalau oleh pasukan Cina sehingga
penyerangan itu gagal. Pada tanggal 15 bulan ketiga tentara Tartar menyerang
Kediei dan berhasil samapi di depsn gerbang Kediri pada tanggal 19 bulan
ketiga. Ternyata di Kediri Jayakatwang telah siap dengan 100.000 orang pasukan
siap tempur. Tentara Tartar tidak bisa dikalahkan sehingga pasukan Kediri
terdesak mundur kedalam kota dengan meninggalkan kurang lebih 5000 orang
pasukannya. Dengan cekatan dari segala penjuru, tentara Tartar mengepung dan
pada sore harinya Jayakatwang dan 100 anggota keluarganya beserta pejabat
kerajaan ditangkap sebagai tawanan. Seorang putra Jayakatwang, His-La-Pati
His-Lan-Tan-Pu-Ho atau Arddharaja melarikan diri ke pegunungan. Tetapi dapat
dikejar dan ditangkap oleh Kau Hsing dan dibawa ke Kediri sebagai tawanan.
Setibanya di Kediri, Raden Wijaya sudah tidak ada karena telah diperbolehkan
kembali oleh Shih-Pi dan Iheh-Mishih ke Majapahit dengan dalih untuk
mempersiapkan upeti yang akan dipersembahkan kepada kaisar. Ia pergi dan
dikawal dua opsir dan 200 tentara Cina. Akan tetapi dengan tipu muslihatnya
Raden Wijaya dapat membunuh kedua opsir itu dan tentaranya ditengah perjalanan.
Setelah itu dia menyerang tentara Cina yang ada di Kediri. Pasukan Cina melakukan
perlawanan, namun lebih dari 3000 orang mati terbunuh oleh pasukan Raden
Wijaya. Sisa dari pasuakan itu kembali
ke Cina dengan membawa kekalahan. Demikianlah akhirnya keinginan Raden Wijaya
untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya telah tercapai. Kemudian Raden
Wijaya menobatkan diri menjadi Raja Majapahit. Menurut Kidung Harsa Wijaya,
penobatannya dilakukan pada tanggal 15 bulan Kartika (ri purneng kartika masa
pancadasi) tahun 1215 Saka (12 November 1293) dengan gelar Sri Kertajasa
Jasawardhana.
B.
Runtuhnya
Kerajaan Majapahit
Berita
tradisi menyebutkan bahawa kerajaan Majapahit runtuh pada tahun Saka 1400
(1478M). Saat keruntuhannya itu disimpulkan dalam cansengkala
sirna-ilang-kartining-bumi dan disebutkan pula keruntuhannya itu disebabkan
karena serangan dari kerajaan islam Demak. Berdasarkan bukti-bukti Majapahit
saat itu belum runtuh dalam waktu lama. Prasasti-prasasti dari tahun 1468 M
menyebutkan bahwa masih ada kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada saat itu yang
berkuasa adalah Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawadhana dan juga disebut
juga sebagai orang Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri
Prabhunata. Sedangakan dari berita Cina jaman Dinasti Ming (1368-1643)
dikatakan bahwa adanya hubungan diplomatik antara Cina dengan Jawa (Majapahit)
yaitu pada tahun 1499. Rui De Brito, Gubernur Portugis di Malaka dalam
menyatakan laporannya kepada raja Manoel pada tahun 1514 M, yang berisi bahwa
di Jawa dan Sunda terdapat dua raja kafir. Penulis dari Italia, Duarte Barbosa
pada tahun 1518 memberitakan bahwa di dalam pedalaman Jawa masih terdapat raja
kafir yang yang sangat berkuasa. Dari dua berita itu dapat disimpulkan bahwa
kerajaan Majapahit masih ada. Namun masih ada pendapat yang berbeda, yaitu pendapat dari berita Italia
dari penulis Antonio Pigafetta yang berasal dari tahun 1522M mengatakan bahwa
pada saat itu Majapahit sudah tidak ada. Dia menyebutkan pula bahwa Pati Unus
sebagai raja Majapahit yang masih hidup dan yang paling berkuasa. Dari
sumber-sumber lain dapat diketahui bahwa Pati Unus adalah penguasa Demak yang
berkuasa pada tahun 1518-1521M yang dikenal juga dengan sebutan pangeran
Sabrang Lor yang meninggal tahun 1521 M. Jika dihubungkan pendapat Duarte
Barbosa yang menyebutkan bahwa masih ada raja kafir yang berkuasa yaitu Pate
Udra, dapat disimpulkan bahwa antara tahun 1518 M dan 1521 M telah terjadi
pergeseran politik dari penguasa Hindu ke tangan adipati Unus yang telah
menaklukkan Majapahit.Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, menyebutkanbahwa
raja-raja Demak adalah keturunanPrabhu Brawijaya raja Majapahit. Bahkan dalam
PurbaCaruban Nagari disebutkan dengan jelas bahwa Raden Patah pendiri dan raja
pertama kerajaan Demak, adalah anak Prabhu Brawijaya Kertabhumi. Telah
dikemukakan bahwa raja Kertabhumi telah merebut kekuasaan Majapahit dari tangan
Bhre Pandan Salas dengan menyingkirkannya dari Kadaton pada tahun 1468 M. Akan
tetapi pada tahun 1478 M kekuasaan atas tahta kerajaan Majapahit ini dapat
direbut kembali dari tangan Bhre kertabhumi oleh Dyah Ranawijaya, anak Bhre
Pandan Salas, dengan mengadakan penyerangan ke Majapahit. Dalam penyerangan ke
Majapahit yang dilancarkan oleh Dyah Ranawijaya itu Bhre Kertabhumi gugur di
Kadaton. Dengan gugurnya Bhre Kertabhumi
ini maka lenyaplah kekuasaan Bhre Kertabhumi. Peristiwa gugurnya Bhre
Kertabhumi di Kadaton inilah yang tersimpul didalam Candra Sengkala’’
sinar-ilang-ning-bhumi (1400 Saka).Akan tetapi para penulis tradisi telah
mengaburkan kenyataan-kenyataan sejarah tersebut dengan mengatakan bahwa
kerajaan Majapahit telah runtuh pada tashun Saka 1400 (1478 M). Karena serangan
tentara Demak, yang dipimpin oleh Raden Patah.
Dengan demikian penaklukan Majapahit oleh
Demak itu tidaklah terjadi pada tahun Saka 1400 (1478 M), dan bukan pula
dilakukan oleh Raden Patah terhadap Prabhu Brawijaya Kertabhumi. Penguasaan
Majapahit oleh Demak itu dilakukan oleh adipati Unus, anak Raden Patah, sebagai
tindakan balasan terhadap Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yang telah
mengalahkan neneknya, Kerthabhumi.[5]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
semua kerajaan di Indonesia, Majapahit merupakan kerajaan yang sangat menarik
untuk diteliti, karena Majapahit menaruh berbagai misteri yang sampai kini
masih belum banyak terungkap dan masih terdapat perbedaan penafsiran terhadap bukti-bukti
sejarah yang sudah ada.
Majapahit
merupakan kerajaan Hindu yang sanggup memperluas wilayahnya dan melakukan
hubungan baik dengan negara atau kerajaan luar terutaman Cina. Bukti-bukti
sejarah kerajaan majapahit banyak yang hilang, termasuk tidak diketahuinya
secara pasti letak ibukota Majapahit. Kerajaan Majaphit dibangun dan berdiri
pada tahun Saka 1214 (1292 M) oleh Raden Wijaya (Kertajasa Jayawardhana).
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan
Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid II. Jakarta:PN Balai Pustaka, 1984.
Prof. Dr. Slamet. Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit.
Jakarta:Intildayu Press, 1983.
.web.unair.ac.id/artikel_detail-50121-Umum-sejarah
kerajaan majapahit
[1] Sejarah Nasional
Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto, 1985, hal.142.
[2] Pemugaran persada
Sejarah Leluhur Majapahit, Prof. Slamet muljana, 1983, hal.115-117.
[3] Sejarah
Nasional Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto,
1985, hal.143-145.
[4] Pemugaran persada
Sejarah Leluhur Majapahit, Prof. Slamet muljana, 1983, hal.118-119.
[5] Sejarah Nasional Indonesia II, Marwati Djoened Poesponegoro-Nugroho Notosususanto,
1985, hal.167-169.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar