KERAJAAN MATARAM
MAKALAH
Oleh
Abdul
Ra’uf
110110301005
Ilmu
Sejarah
Fakultas
Sastra
Universitas
Jember
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan Islam di Indonesia tidak terlepas dari besarnya
kerajan-kerajan Islam termasuk salah satunya Kerajaan Mataram Islam. Dengan
adanya Kerajaan Mataram ini maka Islam dapat tersebar luas di Indonesia. Di
Kerajaan Mataram ini pula banyak ulama dan para sunan yang membantu penyebaran
Islam, tetapi tempat yang paling luas di isi dengan hubungan antara sunan dan
VOC, karena itulah kerajan mataram islam memiliki terbanyak berita yang
tentunya kami peroleh melainkan juga karena dalam alam pikiran Raja, kompeni
mengambil tempat yang semakin besar.
Salah satu raja
yang paling berpengaruh besar dalam penyebaran Islam adalah Panembahan Senapati
sehingga dialah peletak dasar Islam di Kerajaan Mataram, Daerah Kerajaa Mataram
adalah mulai dari Cirebon sampai Surabaya (Jawa Timur). Dengan penaklukannya ke
daerah-daerah lain Islam tersebar dengan baik bahwa Kerajaan Mataram merupakan
kerajaan yang disegani saat itu. Di samping memiliki kekuatan militer yang
kuat, para rajanya pun amat mementingkan perkembangan Islam di daerah-daerahnya
sehingga sampai sekarang kita bisa melihat peninggalan-peninggalannya.
Rumusan masalah
1.
Mengapa
kerajaan mataram islam tersebar luas di seluruh Indonesia ?
2.
Apa
menurut berita-berita tentang mataram kuno ?
3.
Bagaimana
ajaran islam itu tumbuh kembangnya di kerajaran mataram islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
Letak Geografis Kerajaan Mataram
Kerajaan mataram berdiri pada
tahun 1582. Pusat kerajaan ini
terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Menurut
berita-berita kuno tentang Mataram, wilayahnya Di daerah aliran Sungai Opak dan
Progo yang bermuara di Laut Selatan.[1]
Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas
selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara
Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan
sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
Di daerah
aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara di Laut Selatan[2].
Membentang antara Tugu sebagai batas utara dan Panggung Krapyak di batas
selatan, antara Sungai Code di timur dan Sungai Winongo sebelah barat. Antara
Gunung Merapi dan Laut Selatan, Kraton dalam pikiran masyarakat Jawa, diartikan
sebagai pusat dunia yang digambarkan sebagai pusat jagad.
Sejarah Kerajaan Mataram
Banyak sekali
sumber yang mengatakan sejarah kerajaan berdirinya kerajaan Mataram yaitu:
1.
Mitos Wahyu Keprabon[3]
Hadirnya sebuah
mitos yang mengiringi hadir dan berkembangnya sebuah kerajaan adalah wajar. mitos
adalah penjaga kepercayaan
rakyat sehingga dengan mitos itu rakyat tetap percaya bahwa raja adalah utusan
dan anak dewa yang berhak memimpinnya hingga akhir hayat. Walaupun mestinya
mitos tersebut harusnya makin hilang, seiring dengan tumbuh kembangnya ajaran
Islam di kerajaan Mataram Islam.
Dinasti Mataram
Islam sesungguhnya berawal dari keluarga petani, begitulah yang tertulis pada
Babad Tanah Jawi. Kisahnya berlangsung di pinggiran Kali Opak, di Yogyakarta
sekarang. Suatu hari adalah seorang petani bernama Ki Ageng Giring. Sementara
ia mencangkul di ladang, tiba-tiba ada kelapa muda jatuh lalu terdengar suara.
Namun ia tak bisa segera meminumnya, karena pada saat itu ia sedang tirakat
berpuasa, hingga kemudian ia pergi membersihkan diri di sungai. Tak lama
kemudian datang sahabatnya, Ki Gede Pemanahan bertamu dan Melihat kelapa muda
tergeletak, tamu yang haus itupun segera meminumnya. Pada tetes terakhir Ki
Ageng Giring muncul. Ia melihat air kelapa muda itu telah terminum oleh orang
lain. Ia sangat menyesal dan kecewa. ia hanya bisa meminta agar sewaktu-waktu
kelak, sesudah keturunan Gede Pemanahan yang ketujuh, keturunannya lah yang akan
menggantikan menguasai Jawa.
2.
Hadiah Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan
Pajang[4]
Banyak versi
mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan legenda.
Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan
terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu versi, setelah Demak
mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan ke Pajang dan mulailah
pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan ekspansi ke
Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya Penangsang dari
Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan
Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang
dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi.
Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh
tanah di Pati.
Pemanahan
berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan
lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya,
Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar.
Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya
wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian daari
Mataram yang beribukota di Kotagede.
Selama
pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan
bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri,
Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya.
Panembahan Senapati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.
Penyebaran Islam di kerajaaan Mataram
Menurut semua cerita tutur Jawa, baik cerita Jawa Tengah maupun Jawa Barat,
raja Pajang, pengganti Sultan Tranggan dari Demak, pada perempat ketiga abad
ke-16 telah mengutus seorang panglima pasukannya, penguasa di Pamanahan, ke
daerah tetangga, Mataram, dengan tujuan memasukkannya ke dalam daerah Islam dan
membangun daerah Islam di sana[5].
Para raja yang
pernah memerintah di Kerajaan
mataram yaitu penembahan senapati (1584 – 1601), panembahan Seda Krapyak (1601
– 1677). Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan
secara kerajaan-kerajaan islam
di Nusantara (indonesia). Hal ini terlihat dari semangat raja-raja untuk
memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk daerah kekuasaannya,
keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan yang bercorak islam di jawa[6]
Pada tahun
1590, penembahan senapati atau biasa disebut dengan senapati menguasai madiun,
yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri
dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada
tahun 1598-1599. Sebagai raja islam yang
baru, panembahan senapati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk
mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan atau
melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam cerita babad bahwa
cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang
terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan
pertemuan senapati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia
bersemedi di Parangtritis dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta.
Dari pertemuan
itu disebutkan bahwa kelak ia akan menguasai seluruh tanah jawa.[7] Panembahan
senapati terus-menerus memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai
ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau
Penembahan Seda ing Krapyak (1601 – 1613).
Peran mas
Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang meninggal,
ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah
Mataram meraih kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun
agama dan kebudayaan. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan
dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung
Hanyakrakusuma Senapati Ing Alaga Ngabdurrahman.[8]
Di luar peranan
politik dan militer, Sultan Agung dikenal sebagai penguasa yang besar
perhatiannya terhadap perkembangan islam
di tanah jawa. Ia adalah pemimpin yang taat beragama, sehingga banyak
memperoleh simpati dari kalangan ulama. Secara teratur, ia pergi ke masjid, dan
para pembesar diharuskan mengikutinya.
Untuk
memperkuat suasana keagamaan, tradisi khitan, memendekkan rambut bagi pria, dan
mengenakan tutup kepala berwarna putih, dinyatakan sebagai syariat yang harus
ditaati. Bagi sultan Agung, kerajaan mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di
tanah jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam
sistem kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid,
grebeg ramadan, dan upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.[9]
Raja-Raja Mataram
2.
Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3.
Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646 M)
5.
Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6.
Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7.
Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M) pengangkatannya oleh
VOC.
8.
Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9.
Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku
Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyebaran
Islam di kerajaan Mataram terjadi dan dilakukan oleh para sunan terutama Sunan
Kalijaga. Para raja pun tak terlepas dari peran besar ini misalnya Panembahan
Senapati dan keturunannya.
Masa kejayaan
kerajaan Mataram terjadi pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613- 1646 M).
Setelah itu ketidakpuasaan akan kepemimpinan selanjutnya sering terjadi. Hal
ini disebabkan ketidakcakapan dan perangai raja setelahnya yang buruk. Kemudian
perang dan pemberontak dari rakyat serta orang dalam pemerintahan sendiri,
menjadi reaksi yang wajar terjadi. Berbagai peristiwa inilah yang
mengharuskan ibukota kerajaan Mataram sering berpindah-pindah serta banyaknya
daerah kekuasaan yang melepaskan diri.
Dengan dilatar belakangi
kepentingan tertentu, pihak ketiga (VOC) justru muncul memperkeruh suasana.
Disinilah, ketika hati sudah dibutakan oleh kekuasaan, pihak yang nyata-nyata
merupakan lawan dengan niat yang ingin menguasai dianggap sebagai kawan.
Sementara saudara sendiri dianggap sebagai lawan. Pada akhirnya berbagai
peristiwa yang terjadi mengarahkan kerajaan Mataram kearah kehancuran.
Sebagai
puncaknya, terjadilah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 M dan Perjanjian
Salatiga pada tahun 1757 yang membagi kerajaan Mataram menjadi beberapa bagian.
Perjanjian inilah yang menandai runtuhnya dinasti Mataram. Hingga masa sekarang
kita mengenal Kerajaan Mataram dalam wujud pemerintahan swa-praja, yaitu
Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Puro Mangkunegaran dan Puro
Pakualaman. Puro Mangkunegara terletak di kota Solo. Sementara Puro Pakualaman
terletak di wilayah Pajang, Bagelan sebelah barat Jogja dan terletak di antara
sungai Progo dan Bogowonto, di daerah Adikarto.
DAFAR PUSTAKA
Graff, H.J. De.1985. Awal Kebangkitan Mataram. PT.
Grfafiti Pers: Jakarta.
Graff, H.J. De.1985. Kerajaan-
Kerajaan Islam di Jawa. PT. Grafiti Pers:
Jakarta.
Graff, H.J. De.
1986. Puncak Kekuasaan Mataram, Politik Ekspansi Sultan Agung. PT. Pustaka
Grafitipers: Jakarta.
Graff, H.J. De.
1987. Runtuhnya Istana Mataram. PT. Pustaka Utama Grafiti: Jakarta.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
diunduh pada tanggal 6 November 2009
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1108477
diunduh pada tanggal 6 November 2009
http://www.kamusilmiah.com/sejarah/runtuhnya-mataram-hilangnya-impian-akan-kesatuan-jawa/
pada tanggal 6 nov 2009
http://www.tembi.org/mataram/ di
pada tanggal 18 oktober 2009
http://ariawijaya.com/2008/03/21/puro-pakualaman/pada
tanggal 18 oktober 2009.
pada tanggal 6 nov 2009
http://hizbut-tahrir.or.id/2009/01/30/serat-cabolek-cerminan-sikap-raja-dan-priyayi-keraton-dalam-memegang-teguh-agama-islam-bagian-3/pada
Tanggal 4 November 2009.
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/
[1]
Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa
oleh De Graaf hal 276
[2] Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa
oleh De Graaf hal 276
[3]Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa oleh
De Graaf hal 279
[4]Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa oleh De
Graaf hal 277
[5]
Kerajaan- kerajaan Islam di Jawa
oleh De Graaf hal 277
[6]
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
di download pada tanggal 4 November 2009
[7]
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
download pada tanggal 4 November 2009
[8]
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
download pada tanggal 4 November 2009
[9]
http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-mataram/
Friday, 6 nov 2009
[10]Oleh Badri Yatim dalam Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II hal. 214-215
[11] Peninggalan Mataram Islam. dengan judul Menelusuri
jejak-jejak situs kerajaan Mataram Islam ditulis oleh Sudarjanto dalam
http://www.tembi.org/mataram/mataram01.htm diunduh pada tanggal 6 November 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar