Minggu, 13 Januari 2013

MAJAPAHIT MASA PEMERINTAHAN RAJA HAYAM WURUK 1350-1389



MAJAPAHIT MASA  PEMERINTAHAN RAJA HAYAM WURUK 1350-1389
 (Guna memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah sejarah Indonesia 1500)





Oleh
Kurniawati Eka Lestari
NIM. 110110301002





ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR

I.                        Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa TimurIndonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Majapahit merupakan kerajaan yang cukup berpengaruh di Indonesia sampai saat ini. Majapahit juga merupakan kerajaan yang besar di Indonesia pada masa lampau. Wilayah kekuasaan majapahit yaitu meliputi semua wilayah Nusantara termasuk Singapura dan sebagian kepulauan Filipina.[1] Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2]
Secara urutan waktu, kerajaan Majapahit terbentuk setelah runtuhnya kerajaan Singasari. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.
Dilihat dari sisi historiografi sejarah Majapahit ini hanya sedikit bukti fisik dari kerajaan Majapahit dan sejarahnya pun masih diragukan atau tidak jelas.[3] Sumber dalam penulisan kerajaan Majapahit oleh para sejarawan seperti Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.[4] Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.
Dari bukti sejarah yang bernama Nagarakertagama itu dapat dicerna bahwa pada masa pemerintahan raja Hayam wuruk Majapahit mengalami masa kejayaannya. Dari disini juga dapat dilihat betapa besarnya kerajaan Majapahit dan kuatnya pada pemerintahan saat itu.

    II.            Rumusan Masalah
a.       Siapakah Hayam Wuruk
b.      Apa sajakah yang terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
c.       Bagaimana sistem pemerintahan pada saat itu sehingga bisa mencapai kejayaannya


BAB I
PEMBAHASAN
A.    Asal Usul dan Kehidupan Hayam Wuruk
Hayam wuruk lahir pada tahun 1334, tahun yang Gajah Mada menyatakan sumpahnya Sumpah Palapa. Hayam wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan Sri Kertawardhana atau Cakradhara. Ibunya adalah putri dari pendiri Wijaya Raden Majapahit, sedangkan ayahnya adalah anak dari Bhre Tumapel rendah raja Singhasari. Dapat dilihat dari Pararaton dan Nagarakretagama kedua bukti sejarah ini memuji Hayam Wuruk sebagai mahasiswa, orangnya tampan cerah, berbakat, dan ahli dalam seni bela diri dari istana memanah dan pagar, serta menguasai politik juga kitab suci, dan juga seni dan musik. Dari semua itu dapat dilihat bagaimana ibu Hayam Wuruk mempersiapkan dan membekali ilmu kepada dia guna untuk mempersiapkan Hayam Wuruk menjaddi raja Majapahit Berikutnya.
Hayam Wuruk mewarisi tahta pada tahun 1350 pada usia 16 ketika patih (perdana menteri) Gajah Mada berada di puncak karirnya. Di bawah pemerintahannya, Majapahit diperpanjang kekuasaan di seluruh kepulauan Indonesia. . Kerajaan ini memiliki pengaruh di seluruh nusantara, bahkan terhadap Negara-negara tetangganya di Asia Tenggara (Hasan Djafar, 2009 : 2). Hal ini pun tak luput dari jasa patih yang mendampingi Hayam Wuruk yaitu patih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapanya.
Dlam pemerintahannya Hayam Wuruk telah membawa seluruh rakyat Majapahit ke puncak kejayaan dan keemasan. Membawa seluruh rakyatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan. Setiap perayaan agung di pusat kerajaan dimeriahkan oleh seluruh rakyat tanpa kecuali.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada masa pemerintahannya itulah kerajaan-kerajaan lain di nusantara raya ini tidak hanya sekedar sebagai negara bawahan yang tidak mempunyai kemerdekaan, tetapi semua kerajaan itu bersama-sama dengan pemerintah pusat di Jawa Timur mengembangkan potensi daerah masing-masing bagi kepentingan nusantara raya ini.
Walaupun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaaan tersebut sepertinya tidak berada dibawah kekuasaan terpusat Majapahit, akan tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.[5] Majapahit juga memiliki hubungan dengan CampaKambojaSiam,Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.[17][2]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena disebabkan alasan politik, Hayam Wuruk berkeinginan mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri dari Kerajaaan Sunda sebagai permaisurinya. Mengetahui hal ini Kerajaan sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja sunda beserta keluar besar dan pengawal pergi ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Mengetahui hal ini Gajah melihat melihat peluang untuk menaklukkan Kerajaan Sunda dengan paksa. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak bisa dihindari. Meski dengan gagah berani kerajaan Sunda melawan kerajaan Majapahit, kerajaan Sunda masih kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[6]
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[7] Kisah pasundan Bubat ini menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Beberapa tahun kemudian Hayam Wuruk menikahi sepupunya, Paduka Sori. Pada tahun 1365 (atau 1.287 tahun Saka), Mpu Prapanca menulis Nagarakretagama kakawin, yang pidato Jawa kuno untuk Raja Hayam Wuruk.[8] Hayam Wuruk memiliki seorang putri, Putri Cown Kusumawardhani, dengan Ratu Sori. Kusumawardhani menikahi seorang kerabat, Pangeran Wikramawardhana. Namun dari selir permaisuri, Hayam Wuruk memiliki seorang putra, Pangeran Wirabhumi.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk ini ternyata  Semboyan Bhineka tunggal Ika di cetuskan dalam Kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa) digubah oleh Mpu Tantular,dan kitab Nagarakretagama digubah oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365

B.     Sistem Pemerintahan Majapahit
Dari Pararaton dan Nagarakretagama dapat diketahui bahwa sistem pemerintahan dan politik Majapahit sudah teratur dengan baik dan berjalan lancar. Konsep politik ini menyatu dengan konsep jagat raya, yang melahirkan pandangan cosmoginos.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk Majapahit telah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya. Majapahit juga memiliki susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan kelihatannya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya.[9] Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi. Ada pun wilayah tinggal para dewa lokapala terletak di empat penjuru mata angin.
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
1.      Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
2.      Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
3.      Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
4.      Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dari ke empat pejabat diatas ada satu pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatihatau Patih Hamangkubhumi dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Dalam susunan birokrasi demikian, semakin dekat hubungan seseorang dengan raja maka akan semakin tinggi pula kedudukannya dalam birokrasi kerajaan. Dalam Nagarakretagamapupuh 89 : 2 memberitakan bahwa hubungan negara dengan desa begitu rapat seperti singa dengan hutan. Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan “apan ikang pura len swawisaya kadi singha lawan sahana yan rusaka thani milwa ng akurang upajiwa tikang nagara yan taya bhrtya katon waya nika para nusa tekangreweka hetu nikan pada raksan apageha lakih phala ning mawuwus” (Negara dan desa bersambung rapat seperti singa dan hutan, Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan, Kalau tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita, Karenanya peliharalah keduanya, itu perintah saya!)
Pembagian wilayah, dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,[10] terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah olehuparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar tersebut merupakan gelar tertinggi bangsawan kerajaan dan biasanya jabatan ini hanya untuk kerabat dekat raja. Tugasnya ialah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, serta mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1.      Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
2.      Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
3.      Watek: dikelola oleh wiyasa,
4.      Kuwu: dikelola oleh lurah,
5.      Wanua: dikelola oleh thani,
6.      Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.[11] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:



1.       Daha
2.       Jagaraga
3.       Kabalan
4.       Kuhuripan
5.       Keling
6.       Kelinggapura
7.       Kembang Jenar
8.       Matahun
9.       Pajang
10.    Singhapura
11.    Tanjungpura
12.    Tumapel
13.    Wengker
14.    wirabumi



Pada saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
a)      Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan
b)      Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung
c)      Nusantara, adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan
Ketiga  katagori konsep teritorial itu masuk kedalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi tidak hanya itu saja, majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri, seperti, Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit.
Menurut negarakretagama pupuh 15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (Kerajaan di Myanmar), kerajaan Champa, Kamboja(Kamboja), dan Yawana (Annam).[12] Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba yang seperti ini kemudian diidentifikasi oleh sejarawan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.[13] Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas.
Pada masa pemerintahan ini pun terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan keris serta fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalanganaristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat. Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.
Pada tahun 1389 Hayam Wuruk meninggal dunia. Dan sangat disayangkan karena sepeninggalnya Hayam Wuruk terjadi perang saudara antara anak permaisuri dan anak selir Hayam Wuruk hal ini disebabkan perebutan tahta. Hal itu terjadi karena Wirabhumi merasa mempunyai hak untuk tahta ayahandanya daripada Wikramawardhana menantu Hayam Wuruk. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena pertentangan tersebut berakhir dengan kekalahan Wirabhumi dalam perang Paregreg. Wikramawardhana pun menggantikan tahta Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit. Akan tetapi peperangan tersebut merupakan salah satu faktor kemunduran Majapahit pada masa berikutnya.

BAB III
KESIMPULAN
            Majapahit pada pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kejayaannya dan semua itu pun tidak luput dari jasa patihnya yang sangat kuat dan terkenal dengan sumpah Palapa yaitu patih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit pada saat itu meliputi semua kepulaun Nusantara termasuk Singapura dan sebagian kepualaun Filipina. Dari semua itu dapat dilihat betapa besarnya wilayah kekuasaan Majapahit dan sudah dapat ditebak bahwa kekuatan bala tentaranya sangat kuat. Dan pada masa pemerintahan ini pun ternyata  Semboyan Bhineka tunggal Ika di cetuskan dalam Kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa).
            Dan yang sangat menakjubkan lagi pada saat itu tatanan pemerintah Majapahit sudah tertata dengan sistem yang rapi. Tidak heran apabila kerajaan majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk ini sangat berjaya. Selain tatanan sistem pemerintahannya yang rapi, Majapahit pada saat itu sudah mengenal hubungan diplomatik dengan luar negeri, Seperti, Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Dengan hal ini telah menunjukkan bahwa Hayam Wuruk sangat pandai dalam mengatur strategi pemerintahannya.


DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4.      Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.
Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit..      Jakarta: PT Gita Karya. hlm. 13.
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh        S.Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.
Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan      Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 72.
Internet
Diposkan oleh Arjuna Wiwaha
.ww.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1623&Itemid=29
.http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bubat
Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari blog World History Note, historynote.wordpress.com



[1] Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. hal. 436.
[2] Ricklefs (1991), halaman 19
[3] Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. pp.29. 
[4] Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography"The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99.

[5] Ricklefs (1991), halaman 56

[6] Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed. hlm. 72.
[7] Sejarah Peradaban Manusia: Zaman Majapahit. hlm. 13.
[8] Myron Malkiel-Jirmounsky (Mei 1939). "Studi dari The Antiquities Artistik Belanda India". Harvard Journal of Asiatic Studies (Harvard-Yenching Institute) 4 (1): 59-68. doi: 10.2307/2717905. JSTOR 2.717.905.

[9] Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.

[10] Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)
[11] Ricklefs, 36-37

[13]Dellios, Rosita (2003-1-1). "Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia" (dalam bahasa inggris). Bond University Australia. Diakses pada 11 Desember 2011.

4 komentar:

  1. iya monggo....
    makasih sudah berkunjung

    BalasHapus
  2. Good luar biasa sekali tulisanya

    BalasHapus
  3. https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/5-hal-ini-dapat-memperkuat-kuku-setelah.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/cara-gampang-bikin-kulit-kinclong-pakai.html
    https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.sg/2017/11/studi-ingin-berumur-panjang-dan-awet.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus